Kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan salah satu penyebab utama kematian perempuan di seluruh dunia, kata pakar kandungan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Alfaina Wahyuni.
"Di dunia setiap dua menit seorang perempuan meninggal akibat kanker serviks, sedangkan di Indonesia setiap jam satu perempuan meninggal karena kanker leher rahim tersebut," katanya di Yogyakarta, Sabtu.
Menurut dia pada seminar "Mengenal dan Mencegah Kanker Leher Rahim", kanker serviks adalah tumbuhnya sel abnormal pada leher rahim. Penyebabnya adalah "human papiloma virus" (HPV).
"Setiap perempuan segala usia dapat terkena kanker serviks, tetapi jarang ditemukan pada usia sebelum 20 tahun," katanya.
Ia mengatakan untuk pencegahan kanker serviks ada beberapa hal yang bisa dilakukan, di antaranya dengan menghindari faktor risiko seperti menunda hubungan seksual atau menikah hingga usia 20 tahun atau lebih.
Selain itu, tidak berganti pasangan, menghindari penyakit menular seksual, tidak merokok, hidup sehat, cukup gizi mulai dari vitamin A, C, beta carotene hingga asam folat.
Terkait dengan penggunaan pembalut wanita ketika menstruasi atau datang bulan, ia mengatakan pembalut sebaiknya digunakan ketika memang sedang menstruasi dan harus sering diganti. Penggunaan pembalut akan menimbulkan kelembaban berlebih di daerah kewanitaan.
"Penggunaan cairan pembersih vagina jangan terlalu sering. Ketika rutin atau setiap hari mengunakan cairan tersebut justru akan menghilangkan kuman-kuman baik yang ada di vagina," katanya.
Ahli Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Keperawatan (FKIK) UMY Supriyatiningsih mengatakan untuk mencegah kanker leher rahim dapat dilakukan dengan pencegahan primer dan sekunder.
Pencegahan primer untuk orang-orang tanpa bukti klinis belum terkena penyakit, dapat dilakukan dengan vaksin dan edukasi atau sosialisasi terhadap masyarakat mengenai bahaya kanker leher rahim.
Pencegahan sekunder untuk orang-orang yang sudah terbukti klinis terkena penyakit. Hal ini dilakukan untuk memperlambat atau menghentikan perjalanan penyakit.
Misalnya, melakukan deteksi dini dengan "pap smear". "Pap smear" dilakukan untuk wanita yang sudah melakukan hubungan seksual atau menikah. "Jika belum pernah melakukan hubungan seksual atau menikah tidak perlu melakukan 'pap smear', tetapi diberikan vaksin," katanya.
#Sumber ~> Republika.co.id
No comments:
Post a Comment